Kata
pengantar
Puji
dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang stroke.
Dalam
penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir
kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
belakang
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas
sebagai mahasiswa Akademi Keperwatan Pemerintah Kabupaten Ngawi Tingkat 2
semester III untuk mata kuliah KMB 1
tentang STROKE.
1.2
.Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu :
Tujuan Umum :
Agar mahasiswa mampu
memahami tentang stroke
Tujuan Khusus :
-
Mahasiswa dapat mengetahui pengertian stroke.
-
Mahasiswa
dapat mengetahui klasifikasi stroke.
-
Mahasiswa
dapat mengetahui factor resiko stroke.
-
Mahasiswa
dapat mengetahui insiden prognosis stroke.
-
Mahisiswa dapat
mengetahui komplikasi stroke.
1.3.Manfaat
1.Kelompok
·
Kami mendapat pengalaman tentang pembelajaran stroke
2.Mahasiswa dikelas IIA AKPER
PEMKAB NGAWI
·
Dapat menjelaskan pada mahasiswa tingkat IIA tentang stroke
3.Intitusi
·
Menambah referensi tentang stroke
BAB II
I.
PENGERTIAN
Stroke adalah suatu sindrom
yang ditandai dengan gejala dan atau tanda klinis yang berkembang dengan cepat
yang berupa gangguan fungsional otak fokal maupun global yang berlangsung lebih
dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah atau membawa kematian ), yang
tidak disebabkan oleh sebab lain selain
penyebab vaskuler. Definisi ini mencakup stroke akibat infark otak (stroke
iskemik), pendarahan intraserebral (PIS)non traumatic, pendarahan
intraventrikular dan beberapa kasus pendarahan subarachnoid (PSA). (Warlow
et.al., 2007).
II.
KLASIFIKASI STROKE
1.
Stroke Pendarahan
Stroke
pendarahan atau stroke hemoragik adalah pendarahan yang tidak terkontrol di
otak.
Stroke
pendarahan tersebut dapat dibagi menjadi 2 subtipe , yaitu :
a)
Pendarahan Intraserebral (PIS) : perdarahan
langsung ke jaringan otak atau disebut juga sebagai perdarahan parenkim otak.
Perdarahan
Intraserebral terjadi didalam substansi atau parenkim otak (di dalam piameter).
Penyebab utamanya adalah hipertensi, khususnya yang tidak terkontrol. Penyebab
lain yaitu malformasi arteriovenosa (AVM), Angioma Cavernosa. Alkoholisme,
diskrasia darah, terapi anti-koagulan, dan angiopati (Caplan, 2007).
Pada
pendarahan jenis ini arteri yang berfungsi memvaskularisasi otak rupture atau
pecah , sehingga akan menyebabkan kebocoran darah ke otak, dan kadang
menyebabkan otak tertekan karena adanya penambahan volume cairan. Pada orang
hipertensi kronis terjadi proses degenerative pada otot dan unsure elastic dari
dinding arteri. Perubahan degeneratif ini dan ditambah dengan beban tekanan
darah tinggi ini , dapat membentuk penggembungan – penggembungan kecil setempat
yang disebut Cahrcot –bouchard.
Aneurisma ini merupakan sutu locus minorus resisten (LMR). Pada lonjakan
tekanan darah sistemik , misalnya sewaktu marah, saat aktivitas yang
mengeluarkan tenaga banyak, mengejan dan sebagainya, dapat menyebabkan pecahnya
LMR ini. Oleh karena itu stroke
hemoragik dikenal juga sebagai "Stress Stroke ". (Warlow et.al.,2007)
b)
Perdarahan Subarakhnoid (PSA) : perdarahan yang
terjadi di ruangan sub-arachoid (antara arachnoid dan piamater).
Penyebab
tersering dari perdarahan ini adalah rupturnya aneurisma arterial yang terletak
di dasar otak dan perdarahan dari malformasi vaskuler yang terletak dekat
dengan permukaan piameter. Penyebab yang lain dapat berupa perdarahan
diathesis, trauma, angiopati angiloid, dan penggunaan obat. Pecahnya aneurisma
ini menyebabkan perdarahan yang akan langsung berhubungan dengan LCS, sehingga
secara cepat dapat menyebabkan peningkatan TIK. Jika perdarahan berlanjut dapat
mengarah ke koma yang dalam maupun kematian. Perdarahan Subarakhnoid yang bukan
karena aneurisma sering berkembang dalam waktu yang lama. (Caplan , 2007)
Aneurisma
yang menjadi sumber PSA dan PIS mempunyai perbedaan letak dan ukuran. Pada PIS
aneurisma sering muncul pada arteri – arteri didalam parenkim otak dan
aneurisma ini kecil. Sedangkan aneurisma pada PSA muncul dari arteri-arteri
diluar parenkim dan aneurisma ini mempunyai ukuran lebih besar. (Warlow et.al,.
2007)
2.
Stroke Infark
(stroke iskemik )
Stroke
infark pada dasarnya terjadi akibat kurangnya aliran darah ke otak pada keadaan
normal, aliran darah ke otak adalah 58 ml/100 gram jaringan otak/ menit. Bila
hal ini turun samp[ai 18 ml/100 gram jaringan otak setiap menit maka aktivitas
listrik neuron akan terhenti tetapi struktur sel masih baik, sehingga gejala
klinis masih reversible. Penurunan aliran darah ini jika semakin parah dapat
menyebabkan jaringan otak mati, yang sering disebut sebagai infark. Jadi,
infark otak timbul karena iskemik otak yang lama dan parah dengan perubahan
fungsi dan struktur otak yang ireversibel. Perjalanan klinis ini akan dapat
mengklasifikasikan iskemik serebral menjadi 4, yaitu :
1)
Transient Ischemic Attack (TIA), adalah suatu
gangguan akut dari fungsi fokal serebral yang gejalanya berlangsung kurang dari
24 jam dan disebabkan oleh thrombus atau emboli. Berdasarkan definisi stroke
yang sudah dibahas di atas, maka TIA ini sebenarnya tidak termasuk ke dalam
kategori stroke karena durasinya yang kurang dari 24 jam.
2)
Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND).
Seperti
juga pada TIA gejala neurologis dari RIND juga akan menghilang, hanya saja
waktu berlangsungnya lebih lama, yaitu lebih dari 24 jam, bahkan sampai 21
hari. Jika pada TIA dokter jarang melihat sendiri peristiwanya, sehingga pada
TIA diagnosis ditegakkan hanya berdasar keterangan pasien saja, maka pada RIND
ini ada kemungkinan dokter dapat mengamati atau menyaksikan sendiri. Biasanya
RIND membaik dalam waktu 24-48 jam. Sedangkan PRIND (Prolonged Reversible
Ischemic Neurological Deficit ) akan membaik dalam beberapa hari, maksimal 3-4
hari.
3)
Stroke In Evolusion (progressing stroke)
Pada
bentuk ini gejala / tanda neurologis fokal terus memburuk setelah 48 jam.
Kelainan atau deficit neurologic yang timbul berlangsung secara bertahap dari
yang bersifat ringan menjadi lebih berat. Diagnosis progressing stroke
ditegakkan mungkin karena dokter dapat mengamati sendiri secara langsung atau
berdasarkan atas keterangan pasien bila peristiwa sudah berlalu.
4)
Complete Stroke Non-Haemmorhagic,
Complete
Stroke diartikan bahwa kelainan neurologis yang ada sifatnya sudah menetap,
tidak berkembang lagi. Kelainan neurologis yang muncul bermacam – macam,
tergantung pada daerah otak mana yang mengalami infark.
STROKE
TROMBOTIK
Stroke
trombotik terjadi akibat okulasi aliran darah, biasanya karena aterosklerosis
berat. Sering kali, individu mengalami satu atau lebih serangan iskemik
sementara (transient ischemic attack, TIA) sebelum stroke trombotik yang
sebenarnya terjadi.TIA adalah gangguan fungsi otak singkat yang reversible
akibat hipoksia serebral.TIA mungkin terjadi ketika pembuluh darah
aterosklerotik mengalami spasme,atau saat kebutuhan oksigen otak meningkat dan
kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi karena aterosklerosis yang berat.berdasarkan
definisi,TIA berlangsung kurang dari 24 jam.TIA yang sering terjadi menunjukkan
kemungkinan terjadinya stroke trombotik yang sebenarnya.
Stroke
trombotik biasanya berkembang dalam periode 24 jam.selama periode perkembangan
stroke,individu dikatakan mengalami stroke in evolution. Pada akhir periode
tersebut,individu dikatakan mengalami stoke lengkap (completed stroke).
STROKE
EMBOLIK
Strok
embolik berkembang setelah oklusi arteri oleh embolus yang terbentuk diluar
otak. Sumber umum embolus yang menyebabkan stroke adalah jantung setelah infark
miokardium atau fibrilasi atrium,dan embolus yang merusak arteri karotis
komunis atau aorta.
III.
FAKTOR RISIKO STROKE
Faktor risiko stroke iskemik
adalah sebuah karakteristik pada seorang individu yang mengindikasikan bahwa
individu tersebut memiliki peningkatan resiko untuk kejadian stroke iskemik
dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki karakteristik tersebut.
(Hankey et al., 2006)
Menurut the WHO Task Force on
Stroke and other Cerebrovascular Disorders, factor resiko stroke iskemik adalah
:
1.
Hipertensi
Hipertensi
merupakan factor risiko terpenting untuk semua tipe stroke, baik stroke
perdarahan maupun stroke infark. Peningkatan resiko stroke terjadi seiring
dengan peningkatan tekanan darah. Walaupun tidak ada nilai pasti korelasi
antara peningkatan tekanan darah dengan risiko stroke. Diperkirakan risiko
stroke meningkat 1.6 kali setiap peningkatan 10 mmhg tekanan dan sistolik, dan
sekitar 50% kejadian stroke dapat dicegah dengan pengendalian tekanan darah
(Indiana Stroke Prevention Task Force January 2006 / Updated August, 2007).
2.
Diabetes mellitus
Diabetes
Melitus adalah masalah endokrinologis yang menonjol dalam pelayanan kesehatan
dan juga sudah terbukti sebagai factor resiko relative pada stroke (wolf et al.1991;Kuller et al.1996). dengan peningkatan risiko relative pada stroke iskemik
1.6 sampai 8 kali dan pada stroke perdarahan 1.02 hingga 1.67 kali (Antonios
& Silliman,2005). Individu dengan diabetes memiliki risiko yang lebih
tinggi untuk mengalami stroke dibandingkan individu tanpa diabetes. Meskipun penyakit
mikrovaskuler adalah penyebab utama untuk stroke iskemik dalam populasi
umum,penyakit mikrovaskuler mungkin memainkan peranan penting pada stroke
diabetic.
3.
Dislipidemia
Terdapat 4 penelitian case-control yang melaporkan kaitan antara hiperkolesterolemia dan
risiko PIS. Odds Ratio keseluruhan untuk kolsterol yang tinggi adalah 1.22 (95%
CI:0.56-2.67) di mana penyelidikan terhadap penelitian kohort melaporkan kaitan
antara hiperkolesterolemia dan PIS; semuanya meneliti kadar kolesterol serum
total.
4.
Merokok
Qureshi
et al. (2005) meneliti efek rokok di antara suami terhadap resiko berkembangnya
stroke dan stroke iskemik di antara sampel wanita yang representatif secara
nasional. Selama rerata follow-up 8.5
tahun, resiko secara signifikan meningkat untuk semua tipe stroke (RR: 5.7,95%
CI: 1.4 hingga 24) dan stroke iskemik (RR: 4.8 ; 95% CI: 1.2 hingga 20) di
antara wanita perokok dengan suami yang perokok dibandingkan dengan mereka
dengan suami yang bukan perokok setelah menyesuaikan dengan faktor kardiovaskuler
lainya.
5.
Pemakaian
alkohol
Sebuah
meta-analisis terhadap 35 penelitian dari tahun 1996 hingga 2002 melaporkan
bahwa dibandingkan dengan bukan pengguna alkohol, individu yang mengkonsumsi
>12 g per hari (1 minuman standar) alkohol memiliki adjusted RR yang secara signifikan lebih rendah untuk stroke
iskemik (RR : 0.80; 95% CI: 0.67 hingga 0.96), demikian juga individu yang
mengkonsumsi 12 hingga 24 g per hari (1 hingga 2 standar minum) alkohol (RR :
0.72; 95% CI: 0.57 hingga 0.91) tetapi, individu yang mengkonsumsi alkohol
>60 g per hari adjusted RR untuk
stroke iskemik yang secara signifikan lebih tinggi (RR:1.69;95% CI: 1.3 hingga 2.1) (Hankey et al.,2006).
6.
Obesitas
Obesitas abdomen adalah sebuah faktor resiko yang independen dan
potensial untuk stroke iskemik di dalam kelompok etnis. Merupakan faktor resiko
yang lebih kuat dari pada BMI dan memiliki efek yang lebih kuat pada orang yang
lebih muda. Prevensi obesitas dan reduksi berat badan memerlukan penekanan yang
lebih besar di dalam program prevensi stroke.
7.
Usia tua
Hajat et al.(2001) meneliti hubungan antara berbagai faktor resiko
serebrovaskuler subtipe stroke bamford. Penelitian ini memasukkan 1254 pasien
dengan stroke yang pertama antara tahun 1995 dan 1998;995 pasien (79.3%) kulit
putih, 203 (16.2%) kulit hitam, 52 (4.1%) etnis lain, dan 4 (0.3%) etnis tidak
diketahui. Di dalam analisis multivarian, peningkatan usia dan penyakit
serebrovaskuler sebelumnya memiliki hubungan yang independen dengan infark dari
pada perdarahan.
8.
Jenis kelamin
Hasil dari suatu penelitian yang bertujuan untuk menganalisa berdasarkan
jenis kelamin, gambaran klinis, tipe stroke, dan keluaran pada individu yang
terserang stroke pertama kali, ditemukan rata-rata kejadian stroke lebih tinggi
pada wanita dibandingkan dengan laki-laki (P<0,001). Hipertensi (P=0,0027)
dan penyakit kardioemboli (P=0,0035)
merupakan faktor resiko independen pada wanita. Pemakaian alkohol berlebihan
(P<0,001), merokok (P<0,001) dan penyakit vaskuler perifer (P=0,0031)
berhubungan dengan jenis kelamin laki-laki.
9. Ras
Penelitian yang dilakukan ohira et al. (2006) bertujuan untuk menentukan
faktor resiko subtipe spesifik stroke iskemik. Insidensi stroke detegakkan dari
rekam medis rumah sakit. Hasil dari follow-up
selama 13.4 tahun ternyata didapatkan 531 paisen stroke iskemik (105 lakuner,326 non-lakuner, dan 100
kardioembolik). Kulit hitam memiliki multivariate
adjusted risk ratio sebesar 3 kali lipat lebih tinggi untuk stroke lakuner
dibandingkan dengan kulit putih. Tidak ada perbedaan rasial di dalam stroke
non-lakuner atau kardioembolik setelah penyesuaian dengan faktor resiko yang
jelas.
10. Tia
Dennis et al.(1989) meneliti resiko
stroke rekuren pada pasien dengan TIA dan stroke minor. Setiap kasus yang
didiagnosis sebagai stroke pertama kali atau kejadian TIA dievaluasi pada 1
bulan, 6 bulan, 1 tahun, dan kemudian setiap tahunnya dari onset awal. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa resiko stroke rekuren dan/atau kematian lebih
tinggi pada minor ischemic stroke (stroke
iskemik ringan) walaupun perbedaan yang signifikan hanya pada kematian.
Perbedaan prognosis yang tampak mungkin disebabkan karena prognosis yang baik
pada pasien dengan amaurosis fugax di antara pasien dengan transient ischemic attack.
11. Penyakit jantung
Atrial fibrilasi (AF) merupakan gangguan irama yang banyak
menyerang pria dewasa, AF ditemukan pada 1-1,5% populasi di negara-negara barat
dan merupakan salah satu faktor resiko independen stroke. Prevalensi AF
meningkat seiring pertambahan umur , ditemukan 1% pada usia <60 tahun tetapi
kurang lebih 10% pada usia >80 tahun.
12. Hitung leukosit dan monosit
Sebuah meta-analisis 19 penelitian prospektif melibatkan 7229 pasien
yang di follow-up selama 8 tahun
(rerata) mengungkapkan bahwa, di bandingkan dengan individu dengan hitung
leukosit dalam tertile yang terendah, tertile yang tertinggi menghasilkan
peningkatan resiko IHD (RR: 1.5;95% CI:
1.4 hingga 1.6) (Hankey et al.,2006).
13. Peningkatan leukosit dan monosit
Berdasarkan penelitian La Ra et al.(1987), pasien kadar hematokrit yang
tinggi memiliki resiko yang lebih besar untuk terkena infark lakuner, tetapi
tidak untuk stroke oleh karena trombus
atau emboli atau stroke pendarahan. Diduga kenaikan hematokrit akan
meningkatkan viskositas darah dan ada hubungan terbalik antara viskositas
dengan aliran darah otak.
14. Sickle Cell Disease
Sekitar 15-25% pasien dengan sickle
cell anemia akan mengalami TIA atau stroke. Terjadinya stroke, baik infark
maupun perdarahan. Lebih sering terjadi pada penderita SSA/SCD, dengan resiko
sebesar 1% pertahun (Indiana Stroke
Prevention Task Force, 2007).
15. Peningkatan kadar fibrinogen
Peningkatan meta-analisis (Rothwell et al.,
2004) terhadap 3 penelitian prospektif dengan 5. 113 pasien TIA dan stroke
iskemik minor yang di follow up selama 5 tahun mengungkapkan bahwa kadar
fibrinogen pasien di atas median berhubungan dengan resiko stroke iskemik,
dibandingkan dengan kadar fibrinogen yang berada di bawah median (HR: 1,34; 95%
CI: 1,13 hingga 1,60). Terdapat hubungan lebih kuat pada pasien dengan sindrom
lakunar (HR: 1,42; 95% CI: 1,13-1,78) dibandingkan lakunar (HR: 1,09; 95% CI:
0,08 hingga 1,49) tetapi hasinya tidak terlalu signifikan (P=0,018).
16. Migren
Migren dan penyakit serebrovaskuler memiliki
hubungan dalam cara yang berbeda. Nyeri kepala mungkin adalah sebuah gejala
penyakit serebrovaskuler dan juga faktor resiko untuk stroke. Banyak gangguan
serebrovaskuler seperti perdarahan selebri, thrombosis sinus vena, diseksi
arteri karotis atau vertebralis, dan stroke iskemik mungkin muncul dengan atau
diikuti dengan nyeri kepala. (DI Piero et al., 2004)
Konsep stroke yang dipicu migren digambarkan
dengan baik oleh migrainous infraction, yang telah dijelaskan dengan baik
dalaam klasifikasi internasional headache society(HIS) yang telah direvisi,
mewakili gambaran paling kuat hubungan antara stroke iskemik dan migrain.
Sebuah kondisi yang umumnya sangat menarik dalaam stroke dan migrain adalah
patent faramen ovale (PFO) yang mungkin memainkan sebuah peranan pathogenesis
dalam keduan gangguan ini. Hubungan antara migraine dan cervical artery
dissection (CAD) dilaporkan didalam beberapa penelitin terbaru migren lebih
sering pada pasien dengan CAD. Hal ini mendukung hipotesis bahwa penyakit
dinding artery yang mendasari mungkin adalah kondisi menyebabkan predisposisi
untuk migren (Agostoni et al., 2004)
17. Retinopati diabetika
Cheung et al.(2007)telah meneliti hubungan
antara retinopati diabetikan dengan kejadian stroke iskemik. Dengan rataa-rata
follow-up selama 7.8 tahun, didapatkan 78 kejadian stroke iskemik. Setelah
dilakukan anaisis multivarian terhadap usia, jenis kelamin, center, mean
arterial blood pressure selama 6 tahun, peggunan terapi antihipertensi, glukosa
puasa, terapi insulin, durasi diabetes, kadar kolesterol HDL dan LDL serta
status merokok menunjukan bahwa retinopati diabetikum berhubungan dengan
peningkatan resiko stroke iskemik (Hazard rate ratio : 2.34 ; 95 % CI:1.13
hingga 4.86).
18. Polutan udara
Hong et al. (2002) telah meneliti hubungn
antara polutan udara dengan stroke. Hasilnya adalah bahwa polutan udara
memiliki hubungan yang signifikan dengan mortalitas stroke iskemik. Penilitian
tersebut menunjukan sebuah proses patogenik akut dalam system serebrovaskuler
yang dipicu polusi udara. Efek polutan udara terhadap mortalitas stroke iskemik
secara statistic adalah signifikan, sedangkan terhadap motalitas stroke hemorhagic
tidak signifikan dengan resiko relative 1.03 (9% CI: 1.00 hingga 1.06) dan 1.04
(95% CI: 1.01 hingga 1.08). mortalitas stroke iskemike untuk setiap
interkuartil peningkaan kosentrasi partikel suspense total (total suspendet
particle, TSP) antara lain sulfur dioksida (SO2) 1.04 (95% CI: 1.01 hingga
1.07),nitrogen dioksida (NO2) 1.06 (95% CI: 1.02 hingga 1.09),dan karbon
monoksida (CO) 1.06 (95% CI: 1.02 hingga 1.10) terhadap ozone. Tetapi
,penelitian ini tidak dapat mengetahui apakah polusi udara adalah faktor
kuasatif atau hanya sebuah faktor yang memperberat stroke iskemik.
19.Patent foramen ovale
Penelitian meta-analisis (overell et
al.,2000) terhadap penelitian case-control menunjukkan peningkatan prevalensi
patent foramen ovale (PFO) di antara pasien dengan stroke kriptogenik yang
berusia 55 tahun atau lebih muda, dibandingkan dengan kontrol bebas storke (OR
: 5.0; 95% CI: 3.2 tetapi tidak diantara pasien yang berusia 55 tahun atau (OR:
1.2; 95%CI: 0.6 hingga 2.6).
20.Kemampuan filtrasi glomerulus
Penelitian bos et al. (2007) menilai hubungan
antara GFR (Glomerulus Firtration Rate) dan stroke dalam sebuah penelitian
kohort berbasis populasi. Selama rata-rata follow-up 10.2 tahun terhadap 286
pasien stroke (338 stroke iskemik, 44 hemorrhagik, dan 204 tidak disebutkan),
peneliti menemukan tidak ada hubungan antara GFR dan resiko stroke keseluruhan
termasuk risiko stroke iskemik. Sebaliknya, dengan penurunan GFR, resiko struk
hemorrhagik meningkat dengan tinggi, HR (Hazzard Ratio) dengan penyesuaian
usia jenis dan kelamin untuk hemorrhagic
adalah 4.10 (95% CI: 1.25 hingga 13.42) untuk GFR kuartil terendah dibandingkan
kuartil tertinggi. Selain itu, terhadap hubungan doseeffect yang jelas dan
sangat signifikan. Penyesuaian dengan faktor resiko lain hanya sedikit
memperlemah hubungan ini.
21. High-sensitivity C-Reactive
Protein
High-sensitivity C-Reactive Protein adalah predicator
independen untuk stroke, infark miokard dan kematian vaskuler dan individu yang
tampak sehat. Diantara 1.462 individu yang masuk dalam penelitian Framingham, setiap
peningkatan kuartil dalam konsentrasi C-reactive protein plasma pada baseline
berhubungan dengan peningkatan adjusted RR stoke iskemik dan TIA hingga 1.25
(95% CI: 1.0 hingga 1.54) pada pria dan hingga 1.29 (95% CI: 1.07 hingga 1.55)
pada wanita setelah 12 hingga 14 tahun follow-up (Hankey et al., 2006).
MANAJEMEN KEGAWATDARURATAN STROKE
Pemberian life support (bantuan
hidup) secara umum harus segera dikerjakan sejak awal pasien masuk rumah sakit.
Tugas – tugas spesifik harus dilaksanakan secara bersamaan oleh semua anggota
tim darurat stroke yang memungkinkan langkah efisien menuju diagnosis dan
terapi yang tepat. Tujuan dari evaluasi awal adalah :
1.
Menstabilkan
status kardiorespiratorik.
2.
Memastikan
stroke iskemik dan bukan sesuatu yang menyerupai dan menjadi penyebab deficit
fokal.
3.
Menilai
reversibilitas kondisi patologis yang ada.
4.
Mendapatkan
petunjuk mengenai kemungkinan mekanisme dan penyebab vaskuler.
5.
Melakukan
penanganan yang sesuai.
Pemeriksaan fisik awal
1) Jalan nafas
2) Pernafasan
3) Kardiovaskuler
4) Insulin intravena dalam protocol
stroke akut
5) Obstruksi vaskuler
6) Mencegah komplikasi akibat stroke
7) Melakukan rehabilitasi
8) Mencegah ulang stroke
Berbagai terapi yang dapat diberikan
untuk mencegah serangan ulang pada pasien stroke iskemik atau infark
(tugasworo, 2007)
a) Aspirin
b) Ticlopidin
c) Clopidogrel
d) Dipiridamol
e) Cilostazol
f) Glycoprotein (GP) IIb/IIIa antagonis
9) Menejemen hipertensi
A.
PROGNOSIS
STROKE
Prognosis
stroke dapat diliat dari 6 aspek yakni : death, disease, disability,
discomfort, dissatisfaction, dan destitution (asmedi & lamsudin, 1998).
Keenam aspek prognosis tersebut terjadi pada stroke fase awal dan pasca stroke.
Untuk mencegah agar aspek tersebut tidak menjadi lebih buruk makan semua penderita
stroke harus dimonitor dengan hati-hati terhadap keadaan umum, fungsi otak,
EKG, saturasi oksigen, tekanan darah dan suhu tubuh secara terus menerus selama
24 jam setelah serangan stroke (Asmedi & Lamsudin, 1998).
B.
Komplikasi
pasca stroke
Berbagai upaya untuk menurunkan angka
kematian dan anhka kesakitan perlu dilakukan. Penanganan komprehensif stroke
mutlak dikerjakan mengingat berbagai penyebab kematian pada stroke.
1.
Edema
Perrfokal dan Perluasan Perdarahan
Komplikasi stroke
perdarahan, menurut Wiharto et al. (2006) tampak pada pembacaan CT scan
terbanyak adalah edema perifokal, perlujasan intraventrikel, pergeseran linea
mediana, dan pelebaran ventrikel. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang
menyatakan bahwa komplikasi yang paling sering menyertai perdarahan intraserebral
pada penderita stroke perdaran adalah edema perifokal yang menimbulkan proses
desak ruang. Perluasan perdarahan ke dalam ventikel dapat menyebabkan
hidrosefalus komunikans. Pendarahan intraventrikel sekunder dapat terjadi pada
30-50% kasus perdarahan in-traserebral spontan akibat hipertensi dan atau
degenerasi arteriola. Perdarahan intraventrikel sekunder sering disertai dengan
perdarahan di thalamus, putamen atau nucleus kaudatus, yang dapat dengan mudah
meluas ke arah medial ventrikel (Zhan et
al.,2004).
2.
Konstipasi
Konstipasi dan
pemadatan feses lebih sering terjadi setelah stroke dibandingkan dengan
inkontinensia fekal. Konstipasi dan pemadatan feses lebih sering terjadi
setelah stroke dibandingkan dengan inkontinensia fekal. Konstipasi dapat
menimbulkan komplikasi lain seperti penurunan kesadaran, obstruksi usus, nyeri
abdomen, hilangnya nafsu makan, mual dan muntah dan sebagainya, yang pada
akhirnya member dampak negative yang cukup signifikan terhadap proses
rehabilitasi dan outcome. Selain
karena stroknya itu sendiri, konstipasi dapat timbul karena imobilisasi pasca
stroke, dehidrasi dan formulasi diet nasogastrik (Doshi et al, 2003).
3.
Infeksi
traktus urinarius
Pasien stroke sebanyak
50% mengalami inkontinensia selama masa akut rawat inap, dan menurun hingga 20%
pada 6 bulan setelah stroke. Inkontinensia adalah beban yang utama bagi
pengasuh (caregiver) sehingga
manajemen masalah usus dan kandung kemih menjadi penting. Penggunaan indwelling catheter dapat memfasilitasi
manajemen cairan, mencegah retensi urin, dan berkurangnya kerusakan kulit pada
pasien stroke. Tetapi penggunaan Foley
catheter lebih dari 48 jam setelah stroke meningkatkan risiko infeksi
traktus urinarius dan harus dibatasi pada situasi yang tidak dapat ditangani
dengan cara lain.
4.
Bronchopneumonia
Pneumonia adalah
penyebab yang utama mortalitas dan morbiditas pasca stroke. Sellar et al. (2007) melakukan penelitian untuk
menentukan karakteristik kunci yang akan memungkinkan prediksi pasien yang
memiliki risiko paling tinggi untuk pneumonia pasca stroke. Berdasarkan
analisis regresi logistic biner disimpulkan bahwa pneumonia pasca
stroke berhubungan dengan usia yang lebih tua, disatria/tidak ada bicara karena
aphasia, tingakat keparahan disabilitas pasca stroke, gangguan kognitif dan
hasil tes menelan air yang abnormal.
5.
Bangkitan
dan epilepsy
Bangkitan kejang dan
status epileptikus sering terjadi pada
steoke akut bangkitan pasca stroke diklasifikasikan sebagai onset dini dan
onset yang tertinggal, sesuai dengan waktu kejadiannya setelah terjadinya
iskemia otak (Silverman et al,2002).
Ada yang memakai patokan waktu sebelum atau sesudah tujuh hari (Ferro dan
Pinto,2004), atau 2 minggu dari onset stroke sebagai penentuan onset dini atau
tertunda ( Silverman et al,2002).
6.
Nyeri
Bahu
Nyeri bahu ( Shoulder
pain ) dilaporkan merupakan salah satu komplikasi stroke yang paling sering.
Adanya nyeri bahu akan menyulitkan proses rehabilitasi yang akibatnya dapat
memperlama rawat di rumah sakit, menimbulkan depresi dan tentu saja menguranggi
kualitas hidup. Beberapa factor yang di duga berperan menimbulkan nyeri bahu
paska stoke antara lain paralisis, berkurangnya area gerakan sendi
bahu,spastisitas,lesi serebrovaskuler di hemisferium kanan dan hemiplegic kiri,
abnormalitas sensorik , diabetes, skor indeks barthel yang rendah dan penanganan
pasien yang kurang adekuat (Lindgren et
al, 2007).
7.
Trombosis
vena dalam ( deep vein thrombosis )
Noel et al. (1991) melakukan penelitian
komplikasi tromboembolik vena pasca stroke dan ternyata fibrilasi atrial adalah
satu-satunya factor resiko yang signifikan untuk terjadinya Deep Venous Thrombosis (DVT) dan emboli
paru.
8.
Depresi
Menurut Doshi et al. (2003) depresi pasca stroke
diduga disebabkan karena dua hal. Pertama, peristiwa stroke sendiri memiliki
efek neuropsikologis langsung yang menghasilkan gejala depresi. Kedua, adanya
komponen reaktif yang berhubungan dengan disabilitas. Saxena et al.(2008) telah meneliti gejala
depresi dan gangguan kognitif pasca stroke menggunakan Geriatric Depression Scale and Mental Test (rekomendasi oleh British Geriatric Society).
9.
Afasia
Afasia dapat terjadi
pada 20% hingga 38% penderita stroke dan berhubungan dengan prognosis yang buruk
( Godefroy et al.2002). Penderita dengan afasia dapat mempunyai masalah dengan
pemahaman dan produksi bicara (misalnya pada percakapan), membaca, menulis dan
kemampuan menghitung. Afisia jarang sekali
mempunyai pengaruh didalam hubungan personal, pekerjaan dan kehidupan
social.
PENATALAKSANAAN PADA STROKE ISKEMIK
1.
Recombinant
Tissue Plasminogen Activator (rtPA)
2.
Streptokinase
3.
Urokinase
4.
Antikoagulan
a. Heparin
b. Low – molecular – weight heparin
5.
Anti
agregasi platelet
a. Aspirin
b. Dipiridamol
c. Clodipogrel
d. Tiklopidin
e. Silostazol
PENATALAKSANAAN PADA STROKE
PERDARAHAN
1.
Penanganan
enam puluh menit pertama
2.
Menejemen
hipertensi
3.
Manajemen
kenaikan tekanan intracranial
4.
Anti
pendarahan
DIAGNOSA YANG MUNGKIN TIMBUL
1.
Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
Tujuan :
a)
Mempertahankan
posisi optimal dari fungsi yang dibuktikan oleh tak adanya kontraktur.
b)
Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi
bagian tubuh yang terkena.
c)
Mempertahankan integritas kulit.
·
intervensi : kaji kemampuan secara fungsional/luasnya
kerusakan awal dan dengan cara yang teratur.
R/mengidentifikasi
kekuatan/kelemahan dan dapat memberikan informasi mengenai pemulihan.
·
intervensi : ubah posisi minmal setiap 2 jam
R/menurunkan
resiko terjadinya trauma/iskemia jaringan.
·
intervensi : mulailah melakukan latihan rentang
gerak aktif dan pasif pada semua ekstremitas.
2. Gangguan
menelan berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
Tujuan :
a)
Mendemonstrasikan metode makan tepat untuk
situasi individual dengan aspirasi tercegah.
b)
Mempertahankan berat badan yang dinginkan.
·
Intervensi : letakan pasien pada posisi
duduk/tegak selama dan setelah makan.
R/menggunakan
gravitasi untuk memudahkan proses menelan dan menurunkan resiko terjadinya
aspirasi.
·
Intervensi : stimulasi bibir untuk menutup dan
membuka mulut secara manual dengan menekan ringan diatas bibir.
R/membantu
dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan control muskuler.
·
Intervensi : mulai untuk memberikan makanan
peroral setengah cair, makan lunak ketika pasien dapat menelan air.
R/makanan
lunak/cairan kental lebih mudah untuk mengendalikannya didalam mulut.
Terima kasih untuk informasinya, sungguh sangat bermanfaat sekali,
BalasHapusinfo untuk Obat Stroke, Obat Penyakit Stroke, Obat Stroke, Obat Alternatif penyakit Stroke
ramuan tradisional untuk obat asam urat adalah obat yang banyak dicari oleh wanita, dan pria yang berumur di atas 30 tahun, karena banyak yang terkena penyakit asam urat. bahkan sekarang di bawah umur 30 tahun sudah terkena asam urat akut. jika penyakit sudah parah akan mengakibatkan persendian tidak bisa bergerak. tetapi anda tidak usah khawatir, karena sekarang sudah muncul obat untuk asam urat herbal tradisional berkhasiat tinggi. obat asam urat yang alami ampuh dari dulu tradisional ini adalah salah satu obat herbal asam urat dan kolesterol menahun tradisional berkhasiat tinggi, dan obat asam urat herbal tradisional terbaik alami ampuh dari dulu. tidak hanya bisa dijadikan untuk obat asam urat dan testimoni penderita asam urat, tetapi bisa juga mengobati kolesterol tinggi.
BalasHapusjika anda mencari obat untuk mengobati asam urat dan kolesterol tinggi, disini tempatnya menjual cari obat untuk mengobati asam urat paling ampuh. sedikit bahasan tentang jual herbal obat untuk penyakit asam urat, obat untuk mengobati asam urat tanpa zat kimia ini adalah obat untuk penyakit asam urat terbaik tanpa zat kimia. jika anda sudah bosan dengan obat kimia, jangan khawatir karena ini adalah obat tradisional untuk penyakit asam urat akut tanpa zat kimia. produk kami menjual obat asam urat kualitas terjamin terbaik. banyak yang sudah menggunakan info tentang obat untuk penyakit asam urat dan memberikan testimoni yang positif.